Change Background of This Blog!
Pasang Seperti Ini

widgetsd

translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 10 Agustus 2012

NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA

HAFALAN SHALAT DELISA Keluarga Abi Usman memang bahagia. Apalagi yang kurang, empat anak yang salehah. Fatimah, Zahra, Aisyah dan Delisa. Kehidupan yang berkecukupan, baik bertetangga, dan hidup bersahaja. Mereka tinggal di kompleks perumahan sederhana yang ada di Lok Nga. Rumah mereka paling cuma berjarak 400 m dari pantai. Kompleks itu seperti perumahan di seluruh kota Lok Nga, religius dan bersahabat. Ummi bekerja menjahit. membordir, menerima pesanan dari tetangga. Abi bekerja di tanker perusahaan minyak. Jarang pulang. Tiga bulan sekali kapalnya baru merapat di pelabuhan Arun. Terus pulang ke Lok Nga, tinggal 2 minggu di sana, lalu berlayar lagi. Tapi bukan berarti abi tidak perhatian. Menelpon rumah adalah kegiatan rutinnya. Ummi, Fatimah, Zahra, Aisyah dan Delisa selalu menunggu saat-saat yang indah itu. Delisa si bungsu paling menarik perhatian. Umurnya 6 tahun, baru kelas satu SD. Cantik, lincah dan banyak bertanya. Meskipun sering bandel, Delisa memiliki pola pikir yang berbeda dengan anak seumuran. Membuat orang dewasa di sekitarnya terkadang mendesah heran, "Kok bisa ?" Delisa suka mengamati dan meniru-niru orang dewasa . Mengingat detail dengan baik. Dan pandai sekali menghubung-hubungkan sesuatu. Cara berpikir Delisa amat lateral. Ia berpikir dengan cara yang berbeda. Dan saat ini Delisa punya tugas yang harus dillakukannya dengan sungguh-sungguh, yaitu menghapal bacaan shalat. Ibu Guru Nur akan mengadakan ujian praktek shalat untuk anak kelas satu . "In-na sha-la-ti wa-nu-su-ki, wa-ma..., wa-ma..., wa-ma..."Delisa kesulitan melanjutkan hapalan shalatnya. Matanya terpejam. Tangannya menjawil-jawil rambut keritingnya. "Wa-ma..., wa-ma..., wa-ma..." "Waaa...ma-cet nih ye !" Aisyah yang sedang main gundu dengan Zahra menyahut begitu saja. Dan Delisapun langsung mengadukan Aisyah ke kak Fatimah yang paling dewasa di antara mereka bersaudara. Kak Zahra yang paling pendiam, cuma tersenyum kecil. Begitulah keempat bersaudara ini, saling bercanda, saling membantu. Delisa paling dekat dengan Aisyah, sebab Aisyah rame dan suka menggodanya. Suatu pagi, Ummi mengajak Delisa ko Toko Koh Acan di pasar. Ummi Salamah membeli kalung. Kalung itu untuk Delisa, Hadiah jika nanti Delisa telah menghapal dengan baik. Kalung yang dibeli Ummi berbandul huruf D. "D" untuk Delisa. Tahu kalung itu untuk hadiah hapalan sholat, Koh Ahcan yang baik hati itu, hanya menjualnya dengan separuh harga. Bagaimana perasaan Delisa...Wow ! "Ummi, biar Delisa saja yang pegang kalungnya," Delisa menarik-narik baju Ummi di pasar. Ia merajuk agar bisa memegang kalung itu. Tapi Ummi menggeleng. "Kalau begitu Ummi nggak percaya sama Delisa," Delisa menyeringai. "Bukan sayang. Kan kita sudah janji , kamu nggak akan pegang kalungnya sebelum hapal seluruh bacaan shalat. Sebelum lulus dari ujian Bu Guru Nur !" Ummi berkata tegas. Dan ternyata kalung itu sakti sekali. Delisa yang biasanya susah dibanguninnya waktu sholat Shubuh, esoknya Delisa bangun tepat saat muadzin di meunasah baru membaca Allahu Akbar, pertama kali. Delisa bangun langsung ingat kalungnya. Bangun, terus ke kamar mandi dan sholat berjamaah. Ini sebuah cerita sehari-hari. Setiap hari akan selalu ada anak muslim yang tertatih -tatih belajar menghapal bacaan sholat. Mereka berjuang ! Ada yang beruntung karena orang tua mereka peduli dengan memberikan banyak dorongan serta bantuan. Ada yang kurang beruntung, karena orang tua mereka abai atau terlalu larut dalam kesibukan. Menghapal bacaan shalat adalah sebuah momen penting bagi setiap anak muslim. Ada orang tua yang sadar benar akan hal ini, sayangnya banyak juga yang tidak. Delisa beruntung. Ummi, Abi, dan ketiga kakaknya banyak membantu, agar Delisa bisa segera menghapal dengan baik. 26 Desember 2004 (semua tahu hari bersejarah apa itu) adalah hari di mana Delisa dan teman-temannya akan melakukan ujian praktek shalat di sekolah. Ibu Guru Nur sengaja memilih hari Ahad. Supaya orang tua bisa mengantar dan menyaksikan momen penting ini. Ibu-ibu berdatangan bersama anak-anak mereka. Ummi juga mengantar Delisa. Delisa tidak tahu digenggaman tangan Ummi, ada kalung emas berbandul "D". Kalung itu nanti akan diberikan Ummi pada Delisa. Nanti setelah putrinya itu menyelesaikan tugasnya. Delisa juga tidak tahu, di rumah kak Aisyah dan Zahra telah menyiapkan kejutan untuknya.Menghapal bacaan shalat sungguh momen penting bagi keluarga Abu Usman. Tiba saat Delisa. Delisa pelan membaca Taawudz. Sedikit gemetar membaca Bismillah. Allahu Akbar, Delisa bertakbir. 130 km dari Lhok Nga persis ketika Delisa usai bertakbiattul ihram, Persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa , Persis di tengah lautan luas yang beriak tenang. Persis di sana LAUT RETAK SEKETIKA. Dasar bumi terban seketika. Merekah panjang ratusan kilometer. Menggentarkan melihatnya. Bumi menggeliat, Tarian kematian mencuat. Mengirim pertanda kelam menakutkan. Gelas tempat bunga segar di meja Bu Nur jatuh, pecah. satu beling menggores lengan Delisa. Delisa mengaduh. Tapi Delisa bergeming, tetap khusyu dalam shalatnya. Ummi dan ibu-ibu berteriak diluar. Anak-anak berebut keluar dari daun pintu kelas. Situasi panik. "Gempa ! Gempa! orang -orang berteriak di luar sana. Ibu Guru Nur demi melihat Delisa tetap tak bergerak membaca hapalan shalatnya, ikut tak bergerak di atas meja. Gempa reda, setelah itu. Semua ibu, termasuk Ummi lega , terlebih saat melihat Delisa baik-baik saja dan terus khusyu' dengan shalatnya di dampingi ibu guru Nur. Tak ada yang tahu jika setelah itu bencana besar yang sesungguhnya akan datang. Tsunami merenggut semua yang dikasihi Delisa. Ummi, kak Fatimah, Kak Aisyah , Kak Zahra. Tiur temannya,ibu guru Nur....Delisa selamat meski harus kehilangan sebelah kakinya. Delisa kini hanya punya abi dan Allah. Allah di akhir cerita ini memberikan anugrah luar biasa pada si manis Delisa, Saat Delisa sedang bermain di sungai.... Sumber: http://id.shvoong.com/books/novel-novella/2257259-hafalan-shalat-delisa/#ixzz233HRCitS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar